Postingan

#perjalanandimensiwaktusanggenius#196-200

  Bab 196 Para pengawal dan pelayan rumah ini tidak banyak. Semuanya juga berpenampilan sederhana. Di sebuah paviliun di rumah tengah, sebuah tikar dibentangkan di atas lantai. Di atasnya, ada sebuah meja kecil.Seorang pria paruh baya beruban yang tampak gagah sedang duduk di atas lantai sambil menguap dan meregangkan badannya. Di hadapannya, ada seorang pemuda yang terlihat konservatif sedang berlutut di atas tikar dan menyuguhkan teh untuk pria paruh baya itu. Pemuda kolot itu berkata dengan cemberut, "Guru, aku sudah bekerja di Kota Pusat Pemerintahan Jagabu selama dua tahun, tapi ini adalah pertama kalinya Guru mengundangku ke rumah. Apa Guru punya perintah?" Putro menjulingkan matanya dan menjawab, "Farhan, kamu itu wakil prefektur di kota pusat pemerintahan ini.Kenapa malah cemberut seperti anak kecil!" Farhan mendengus ringan, "Soalnya Guru membuatku kesal. Aku sudah menjabat di tempat ini selama dua tahun,tapi Guru nggak pernah menemuiku. Aku tahu Guru ...

#perjalanandimensiwaktusanggenius #191-195

 Bab 191 Setelah percakapan itu, Wira dan Dian tidak tahu harus bagaimana melanjutkan percakapan lagi. Sebenarnya, situasi mereka berdua selama beberapa hari terakhir memang seperti ini.Jika tidak ada yang perlu dibicarakan, mereka hanya akan diam. Bagaimanapun juga, yang satu sudah beristri dan yang satu lagi pernah menikah tiga kali. Apabila bukan karena alasan tertentu, mereka tidak akan menghabiskan waktu berdua. "Aduh!" Tiba-tiba, terdengar suara teriakan seseorang dan suara kuda melengking. Kereta kuda pun tiba-tiba berhenti. Sepertinya, ada orang yang terjatuh. Danu berkata, "Kak Wira, ada orang mabuk yang tiba-tiba muncul, lalu terjatuh di depan kereta kuda." "Apa mungkin penipu?" Wira membuka tirai kereta, lalu berjalan turun dari kereta kuda. Dian juga mengikutinya. Seorang pria paruh baya kurus yang seluruh tubuhnya bau alkohol berbaring di depan kereta kuda. Dia memegang sebotol arak, lalu menuangkan isinya ke mulut dengan mabuk. Wira memapahny...

#perjalanandimensiwaktusanggenius #181-190

Gambar
 

171-180 #perjalanandimensiwaktusanggenius

Bab 181 Wira membuka botol air, lalu berkata, "Nih, cuci tangan!" "Ah, makasih, Tuan!" Dian mengulurkan tangannya dengan malu,tetapi juga gembira. Dia merasa Wira sangat mengerti tentang wanita. Para wanita biasanya sangat memperhatikan kebersihan. Jadi, Dian memang sudah ingin mencuci tangan,tetapi takut ditegur karena menyia-nyiakan air. Kemudian, mereka berdua pun kembali ke kereta kuda. Setelah melihat mereka kembali, Danu baru merasa lega. Di sisi lain, Meri malah berkata dengan kesal, "Dasar bajingan!Beraninya kamu merebut kakak iparku! Nanti, aku pasti akan memperhitungkannya denganmu!" Kretek! Wira yang berada di dalam kereta kuda sudah kesal dan sangat ingin keluar untuk menghukum wanita bandit itu. Namun, Dian hanya berkata dengan malu, "Tuan, jangan dengar omong kosongnya! Ayo istirahat!" Setelah itu, kedua orang itu pun tidur. Di malam hari, cuaca di gunung sangat dingin. Kedua orang yang sudah tertidur itu merasa kedinginan dan tanpa...